PEMBELAJARAN PENANAMAN KARET
Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan
produksi karet alam Indonesia sebesar 4 juta ton pada tahun 2025 sasaran
tersebut hanya dapat dicapai apabila 85 persen areal perkebunan karet
rakyat telah menggunakan klon unggul . Rekomendasi klon adalah sejumlah
klon yang dianjurkan berdasarkan hasil rumusan lokakarya nasional
pemuliaan tanaman karet untuk periode tertentu rumusan ini disusun
berdasarkan data pertumbuhan produksi dan sifat-sifat sekunder yang
diperoleh dari hasil pengujian pada beberapa lokasi selama beberapa
tahun sesuai dengan tahapan pengujian .
Penyusunan rekomendasi klon
periode 2006-2010 telah memperhatikan undang-undang no.12 tahun 1992
tentang sistem budidaya budiday tanaman yang betujuan agar petani dan
konsumen mendapatkan bibit unggul yang berproduksi tinggi selain itu
memperhatikan undang-undang no.29 tahun 2000 tentang perlindungan
varietas tanaman dengan tujuan untuk menstimulir tumbuhnya industri
perbenihan yang profesional
Melihat kondisi karet
rakyat saat ini masih menunjukkan gambaran yang memprihatinkan , secara
umum hal ini ditunjukkan oleh adanya dua permasalahan pokok yaitu :
1. produktivitas karet rakyat jauh lebih rendah dibanding PTP / PNP dan perusahaan besar swasta .
2.
mutu BOKAR (bongkahan karet) masih rendah , beragam , dan tidak
konsisten serta sistem pemasaran yang kurang menguntungkan petani
Salah
satu penyebab terjadinya permasalahan tersebut adalah masih lemahnya
ahli teknologi budidaya karet , pengolahan , dan pemasarannya ..
Untuk itu disini akan diuraikan cara-cara pemilihan bibit klon unggul
, proses penanaman / pemanenan sampai dengan pengolahan dan system
pemasarannya .
REKOMENDASI KLON KARET 2006-2010
Berdasarkan rumusan lokakarya nasional pemuliaan tanaman karet tahun
2005, klon-klon karet yang direkomendasikan untuk periode tahun
2006-2010 terdiri atas dua kelompok , yaitu klon anjuran komersil dan
klon harapan . kelompok klon anjuran komersil merupakan sekelompok klon
yang telah diuji dan dapat dikembangkan oleh pengguna(petani dll).
Klon-klon ini sudah berupa benih bina, kecuali klon IRR 42 dan IRR 112
masih dalam proses pengajuan untuk pelepasannya sebagai benih bina .
sedangkan klon harapan merupakan klon yang mempunyai potensi pertumbuhan
dan produksi tinggi tetapi belum berupa benih bina . kedua kelompok
klon tersebut adalah sebagai berikut :
Klon anjuran komersil :
*. Klon penghasil lateks :
BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, dan PB 260.
*. Klon penghasil lateks – kayu
BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42,
IRR 112, dan IRR 118.
*. Klon penghasil kayu :
IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78.
Klon Harapan :
*. IRR 24, IRR 33, IRR 41, IRR 54, IRR 64, IRR 105, IRR 107, IRR 111, IRR 119,
IRR 141, IRR 144, IRR 208, IRR 211, IRR 220.
Untuk batang bawah dianjurkan menggunakan biji yang berasal dari
klon AVROS 2037, BPM 24, GT 1, PB 260, dan RRIC 100. untuk mendapatkan
nilai biji yang baik maka tanaman yang dapat diambil bijinya adalah
tanaman berumur lebih dari 10 tahun dan dipelihara sesuai dengan standar
. pada umumnya biji tersebut dapat berasal dari perkebunan besar atau
proyek-proyek peremajaan karet rakyat .
Klon-klon yang sudah
dilepas seperti GT 1, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM
712, tetapi tidak masuk dalam rekomendasi masih dapat digunakan dengan
beberapa pertimbangan, antara lain dengan memperhatikan kepentingan
pengguna untuk penanaman klon tersebut pada wilayah tertentu .
POTENSI PRODUKSI
Data potensi produksi lateks merupakan produksi kumulatif selama 5
tahun, 10 tahun, dan 15 tahun sadap. Potensi ini menggambarkan produksi
pada awal sadap yaitu hasil sadapan kulit perawan/pertama dan produksi
lanjutan yaitu hasil sadapan kulit pulihan. Potensi produksi kelompok
klon anjuran komersil adalah sebagai berikut :
Jenis Klon unggul Turunan/tetua s/d tahuun sadap ke rataan
5 10 15
BPM 24 GT 1 x AVROS 1734 8942 20423 30007 2007
BPM 107 KLON PRIMER 8738 19828 - 1982
BPM 109 BPM 107 x BPM 13 9372 19798 - 1979
IRR 104 BPM 101 x RRIC 110 9938 - - 1978
PB 217 PB 5/51 x PB 6/69 7103 19154 29181 1946
PB 260 PB 5/51 x PB 49 9989 21996 31946 2129
BPM 1 AVROS 163 x AVROS 308 7402 19908 29795 1946
PB330 PB 5/51 x PB 32/36 9699 - - 1774
PB340 PB 235 x PR 107 10900 - - 2180
RRIC 100 RRIC 52 x PB 85 7690 21010 29963 1997
AVROS 2057 AVROS 256 x AVROS 352 7088 18554 29899 1993
IRR 5 KLON PRIMER 8046 - - 1609
IRR 32 LCB 1320 x AVROS 1734 7336 11512 - 1644
IRR 39 LCB 1320 x FX 25 7278 11485 - 1640
IRR 42 LCB 1320 x F 351 8488 13924 - 1989
IRR 112 IAN 873 x RRIC 110 10973 - - 2195
IRR 118 LCB 1320 x FX 2784 10056 - - 2011
Tabel 1. Potensi produksi karet kering (kg/ha) klon karet anjuran 2006-2010
SIFAT-SIFAT SEKUNDER
Klon karet unggul yang dianjurkan selain mempunyai potensi produksi
lateks(getah) yang tinggi juga diharapkan mempunyai sifat sekunder yang
baik. Sifat-ssifat sekunder tersebut antara lain adalah pertumbuhan
lilit batang pada masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) maupun Tanaman
Menghasilkan (TM) relatif cepat, Tebal Kulit (TK) yang baik, Disamping
itu juga memperhatikan Ketahanan Terhadap Angin (KA), Kering Alur
Sadap(KAS), Respon Terhadap Stimulan (RS), dan Resistensi Klon terhadap
Penyakit Gugur Daun Oidium (OI), Colletotrichum (Coll), Corynespora
(Cory), dan Jamur Upas (JU).
Respon dan masing-masing
klon terhadap variasi lingkungan tumbuh, potensi produksi, pertumbuhan
tanaman serta sifat-sifat sekunder tanaman sebagai berikut :
Karakteristik klon anjuran 2006-2010
Klon Kesesuaian Lingkungan Potensi Hasil Pertumbuhan Sifat Sekunder Terhadap Penyakit
D1 D2 D3 D4 D5 Awal Lanj TBM TM TK KA KAS RS OI COLL CORY JU
BPM 24 - + - + - 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 5 3
BPM 107 + + ++ ++ + 4 5 4 3 3 5 4 4 4 4 4 5
PBM 109 - + + ++ + 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4
IRR 104 + + ++ ++ + 5 4 4 4 4 5 4 3 4 5 4 4
PB 217 - ++ + ++ - 2 5 4 3 3 4 3 5 2 4 4 4
PB 260 ++ ++ - ++ + 5 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 5
PB 340 + - + + ++ 5 4 4 3 3 4 4 3 4 4 5 4
BPM 1 + + + + - 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4
PB 330 - + - ++ - 4 5 5 4 3 2 3 3 4 4 4 5
RRIC 100 ++ - + - ++ 2 4 5 4 4 4 2 5 5 5 4 4
AVROS 2037 + - ++ - + 2 4 5 4 5 5 4 5 3 4 4 4
IRR 5 + - + + + 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4
IRR 32 + + + + + 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 3
IRR 39 + + + - + 2 4 5 5 5 3 4 3 5 5 5 4
IRR 42 - ++ + + + 3 4 5 4 4 4 4 4 4 3 5 4
IRR112 - + + + + 5 4 4 4 3 4 4 3 4 3 5 4
IRR 118 + + ++ ++ + 4 3 5 4 3 5 4 4 5 4 5 4
Keterangan :
• Kesesuaian lingkungan :
– ( tidak sesuai ) + ( cukup sesuai ) ++ ( sesuai )
• Skoring
1 = Buruk , 2 = Kurang, 3 = Sedang, 4 = Baik, 5 = Sangat Baik
D1 = Daerah basah (CH 2500-3000 mm/tahun, tanpa bulan kering
D2 = Daerah kering (CH1500-2000 mm/tahun, dengan 2-4 bulan kering
D3 = Daerah angin 30-50 km/jam
D4 = Daerah bergelombang – berbukit
D5 = ketinggian 300-600 m dari permukaan air laut ( dpl)
• Potensi lanjutan
Lanj = Lanjutan
TBM = Tanaman belum menghasilkan
TM = Tanaman menghasilkan
TK = Tebal kulit
• Ketahanan Klon Terhadap Beberapa Penyakit
KA = Ketahanan Terhadap Angin
KAS = Ketahanan Terhadap Kering Alur Sadap
RS = Respon Terhadap Stimulan
OI = Ketahanan terhadap penyakit Oidium
COLL = Ketahanan terhadap penyakit Colletotrichum
CORY = Ketahanan terhadap penyakit Corynespora
JU = Ketahanan Terhadap jamur upas
Karakteristik Mutu lateks klon anjuran 2002-2004 dan jenis Produk yang dapat dihasilkan .
Klon Parameter Mutu Lateks Jenis Produk
KKK Po PRI Vr LUV
Penghasil Lateks
1. BPM 24 R S T T S SIR 3L, RSS
2. BPM 107 R R S S S SIR 3CV, SIR 3L
3. BPM 109 S S S ST S SIR 3L, RSS
4. IRR 104 T S R T S SIR 3 WF
5. PB 217 S S S T S LP, SIR 3 WF
6.PB 260 R R S S S LP, SIR 3 WF
7. PR 255 S T S SY T SIR 5
8. PR 261 R S S T ST SIR 5
Penghasil Lateks-Kayu
1. BPM 1 S S S T T SIR 10
2. AVROS 2037 T ST S ST T Lateks Pekat
3. PB 330 - - - - - -
4. RRIC 100 T S S T S SIR 3CV
5. IRR 5 T S T T T SIR 3 CV
6. IRR 21 - - - - - -
7. IRR 32 R T T ST S SIR 3 WF
8. IRR 39 S T R ST S SIR 3 WF
9. IRR 42 S T R ST T SIR 5
10. IRR118 T S S S T SIR 3WF
Keterangan :
• KKK ( Kadar Karet Kering ) * Po ( Plastisitas Awal )
Sangat Rendah (SR) < 31 % Sangat Rendah(SR) < 30
Rendah (R) : 31-34 % Rendah (R) : 31-41
Sedang (S) : 34-41 % Sedang (S) : 41-50
Tinggi ( T) : 38-41 % Tinggi (T) : 51-60
Sangat Tinggi ( ST) > 41 % Sangat Tinggi (ST) > 61
• VR ( Mooney Viscosity ) * LUV ( Indeks Lovibond)
Sangat Rendah (SR) < 54 Sangat Rendah(SR) < 3
Rendah (R) : 55-65 Rendah (R) : 4-6
Sedang (S) : 66-75 Sedang (S) : 7-9
Tinggi ( T) : 76-85 Tinggi ( T) : 10-12
Sangat Tinggi ( ST ) > 86 Sangat Tinggi ( ST) > 12
• Plasticity Retention Index
Rendah (R) : < 85
Sedang (S) : 86-94
Tinggi ( T) : 95
Tidak tersedia Data
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN BIBIT KARET KLON UNGGUL
• Terdiri dari beberapa tahap :
1. Pembuatan batang bawah (tempat melekatnya mata okulasi/entress/bakal bibit)
2. Pembuatan kebun entress ( kebun unggul turunan/pohon sumber mata okulasi )
3. Penyiapan bahan tanam ( Stum mata tidur , Stum mini , Bibit dalam polybag dan Stum tinggi .
1. Pembuatan Batang Bawah
Pembuatan
batang bawah dilakukan dengan memilih benih yang berasal dari biji
terpilih ” propelligitim “ yaitu biji yang diketahui pohon induknya
berasal dari klon-klon anjuran untuk batang bawah , seperti GT 1, PR
300, PR 228, AVROS 2037, LCB 1320, PB 260, RRIC 100, dan BPM 24 .areal
tempat pemungutan biji diharuskan mempunyai batas ( daerah yang tidak
boleh dipungut bijinya ) selebar 100 m hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terpungutnya biji yang berasal dari tanaman induk tetangga
yang jenis klonnya tidak teridentifikasi .Biji yang baik tidak berongga
dan mempunyai endosperm penuh dan berwarna putih kekuningan, apabila
dipantulkan diatas lantai atau semen biji akan memantul dan direndam
akan mengambang ( tidak timbul atau tenggelam) .setelah diperoleh biji
yang bermutu baik selanjutnya dilakukan persemaian. Tempat persemaian
benih harus memiliki suhu udara yang lembab untuk itu harus diberi
naungan/atap dan disemai diatas pasir atau serbuk gergaji ,agar tumbuh
dengan baik sebaiknya jangan ditebar melainkan disusun berjajar dengan
jarak tanam antar biji 1 cm setelah 5 – 21 hari biji akan menjadi
kecambah , kecambah yang muncul lebih dari 21 hari sebaiknya tidak
digunakan karena pertumbuhannya terhambat , setelah itu dilakukan
penanaman diareal pembibitan yang telah digemburkan dan dibentuk pola
segi empat , lahan diusahakan bebas dari sisa akar dan kayu untuk
mencegah penyebaran jamur akar putih, untuk pupuk dasar dianjurkan
menggunakan fosfat alam (RP)ndengan dosis 600kg-1200kg/ha , pembibitan
dilakukan dengan pola tanam 20 x 20 x 50 cm atau 40 x 40 x 50 cm . untuk
selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman agar batang bawah dapat
tumbuh dengan sempurna hingga mencapai masa okulasi atau lilit batang
telah berkisar antara 5 – 7 cm diukur pada ketinggian 5 cm dari
permukaan tanah , okulasi sebaiknya dilakukan pada saat tunas ujung
dalam keadaan tidur atau daun tua .
2. Pembuatan kebun entress ( pohon sumber mata okulasi )
Penanaman
kebun entres merupakan bagian terpenting dalam proses penyediaan bibit
karet klon unggul karena untuk mendapatkan hasil tanam yang baik
diperlukan entres yang baik. Mata okulasi dapat diambil dari dua sumber
yakni berupa entres cabang dari kebun produksi( kebun penghasil lateks)
atau entres dari kebun entres murni tetapi yang paling baik adalah
entres yang diperoleh dari kebun entres murni karena entress cabang akan
menghasilkan tanaman yang tidak seragam dan keberhasilan okulasinya
rendah selain itu pengambilan entres akan mengganggu tanaman pokoknya .
okulasi merupakan salah satu cara metode budidaya tanaman yang dilakukan
dengan menempelkan mata entres yang diperoleh dari kebun entrés murni
ke tanaman batang bawah dari satu tanaman ke tanaman sejenis untuk
mendapatkan sifat unggul yang sama . dari hasil okulasi akan diperoleh
bahan tanaman karet unggul berupa stum mata tidur , stum mini , bibit
dalam polybag atau stum tinggi yang nantinya akan menjadi pohon produksi
dan pohon entres.
Ada tiga macam teknik okulasi pada tanaman karet,
yaitu Okulasi Dini(OD), Okulasi Hijau(OH) dan Okulasi Cokelat(OH) ,
perbedaan terletak pda umur batang bawah( OD 2 s/d 3 bulan , OH 4 s/d 6
bulan, OC 8 s/d 18 bulan ) . Pembuatan jendela okulasi merupakan tempat
menempelnya mata okulasi yang diambil dari kebun entres, untuk
mendapatkan hasil okulasi yang baik batang bawah sebaiknya dibersihkan
dari kotoran/tanah kemudian diiris veritikal pada bagian kulit hingga
menyentuh batas kambium .irisan sejajar dibuat dua buah dengan
ketinggian 5-10cm dari permukaan tanah dengan panjang irisan 5-7 cm dan
lebar irisan 1/3 lilit batang , selanjutnya dibuat potongan melintang
kedua ujung salah satu irisan vertikal dan dibukakan sedikit.
Selanjutnya persiapan mata okulasi yang diambil dari entres klon unggul ,
mata okulasi akan diokulasikan pada batang bawah yang sudah dibuat
jendela okulasinya . mata okulasi yang baik diambil dari mata yang
berada di bekas ketiak daun, mata okulasi diiris dengan ukuran lebar 1cm
dan panjang 5-7cm , untuk bukaan jendela okulasi dari atas, posisi mata
entres menghadap keatas dan untuk bukaan dari bawah mata entres
menghadap kebawah, penyayatan mata okulasi dilakukan dengan
mengikutsertakan sedikit bagian kayu , lepaskan kulit dari kayu dengan
hati-hati dengan cara menarik bagian kayu yang ikut tersayat, mata
okulasi diusahakan tidak tergores dan kotor, mata okulasi yang baik pada
bagian dalam ada titik putih yang menonjol, apabila kulit bagian dalam
berlubang berarti matanya tertinggal pada bagian kayu , mata okulasi
seperti ini tidak boleh digunakan ,mata okulasi disisipkan kedalam
jendela okulasi , penempelan mata okulasi segera dilakukan pada saat
jendela okulasi dibuka dan mata okulasi disayat kemudian tutup jendela
okulasi dengan cara menekan bagian ujung jendela bagian mata okulasi,
bagian yang tidak ikut masuk kedalam jendela okulasi harus dipotong dan
dibuang , jendela okulasi yang sudah ditutup dibalut dengan menggunakan
pembalut pita plastik okulasi agar terlindung dari air dan kotoran.
setelah
okulasi berumur 2-3 minggu, balutan okulasi dapat dibuka untuk
diperiksa keberhasilannya. Balutan dibuka dengan cara mengiris plastik
okulasi selanjutnya jendela okulasi dibuka dengan cara memotong lidah
jendela.Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat sayatan
kecil pada mata okulasi diluar matanya , apabila berwarna hijau berarti
okulasi dinyatakan berhasil .
3. Penyiapan Bahan Tanam ( Stum mata tidur , Stum mini , Bibit dalam polybag dan Stum tinggi )
Penyiapan
bahan tanam dilakukan setelah okulasi dinyatakan berhasil , bahan tanam
dapat berbentuk Stum mata tidur , Stum mini , Bibit dalam polybag dan
Stum tinggi . perbedaan bahan tanam tersebut terletak pada proses masa
pertumbuhan, untuk Stum mata tidur lebih kurang 2 - 3 minggu artinya
bibit sudah dapat dijadikan bahan tanam stum mata tidur saat usia
okulasi tanaman batang bawah telah mencapai 2 - 3 minggu, keuntungan
penggunaan stum mata tidur waktu penyiapannya tidak terlalu lama
sehingga harganya relatif murah kelemahan terletak pada tingkat kematian
yang tinggi antara 15 s/d 20 % selain itu ada kemungkinan tumbuh tunas
palsu dan masa pertumbuhan tanaman kurang seragam . Untuk stum mini
proses masa pertumbuhan untuk bahan tanam membutuhkan waktu 6 – 8 bulan
usia okulasi batang bawah, keuntungan penggunaan stum mini adalah
persentase kematian lebih rendah , bebas tunas palsu , masa Tanaman
Belum Menghasilkan (TBM) lebih singkat. Kelemahan stum mini adalah
penyiapan waktu yang relatif lama dan harganya relatif lebih mahal .
Bahan tanaman Bibit Dalam Polybag adalah Stum mata tidur/stum mini yang
ditumbuhkan kedalam polybag sampai mempunyai satu atau dua payung,
keuntungan bibit dalam polybag persentase kematian yang rendah,
pertumbuhan yang seragam, penularan penyakit dari pembibitan dapat
terhindari, dan masa TBM lebih singkat dibanding Stum mata tidur
kelemahan terletak pada proses penyiapan yang lebih lama, proses
pengangkutan yang lebih rumit, dan harganya relatif lebih mahal. Untuk
Bahan tanam Stum Tinggi adalah bibit hasil okulasi yang ditumbuhkan
dipembibitan selama 2 – 3 tahun , stum tinggi biasanya digunakan untuk
penyulaman dan jarang diusahakan secara komersil . keuntungan penggunaan
stum tinggi pertumbuhan lebih seragam dan masa TBM lebih singkat
dibandingkan tanaman lainnya. Kelemahan terletak pada waktu penyiapan
yang sangat lama dan harganya relatif mahal.
Proses pencabutan bahan
tanaman tersebut relatif sama yakni tanaman batang bawah dipotong miring
pada ketinggian 30 – 50 cm dari mata okulasi selanjutnya bekas potongan
diolesi dengan Tb 192 atau parafin . setelah dipotong tanaman batang
bawah sebaiknya dicabut setelah 2 – 3 minggu untuk dijadikan bahan
tanaman , setelah dicabut lakukan penyeleksian bibit yang baik adalah
bibit yang mempunyai akar tunggang lurus yang mempunyai panjang minimal
35cm bila akarnya bercabang dua atau tiga sebaiknya satu atau dua akar
yang terkecil sebaiknya dipotong dan lukanya sebaiknya diolesi Tb 192.
bahan tanaman yang mata okulasinya rusak atau akarnya bercabang dan
membengkok sebaiknya tidak digunakan .
PERSIAPAN TANAM DAN PENANAMAN TANAMAN KARET DILAPANGAN
A. Persiapan tanam
Penanaman
bibit tanaman harus memilih waktu yang tepat dan pengelolaan lahan
tanam dan jarak tanam yang baik agar terhindar dari tingginya angka
kematian dilapangan .
Persiapan tanam sebaiknya selesai dilakukan
satu bulan sebelum penanaman . kegiatan persiapan tanam terdiri dari
Pengajiran ( jalur tanam & jarak tanam ) dan Pembuatan Lubang Tanam .
Jumlah tanaman karet dalam satu hektar berkisar antara 500 – 600
tanaman/hektar yang dibuat berdasarkan variasi jarak tanam.dan kondisi
lahan tanam . pola tanaman karet pada umumnya menggunakan jarak tanam 7 x
3 meter, jarak tanam 7 m diletakkan pada arah utara – selatan dan jarak
tanam 3 meter diletakkan pada arah timur – barat hal ini dilakukan jika
direncanakan tanaman pangan untuk tanaman sela maka persaingan didalam
mendapatkan sinar matahari dapat diatasi.
Pembuatan lubang tanam
diusahakan tidak memindahkan ajir, caranya lubang dibuat dengan jarak
20cm dari posisi ajir . ukuran lubang disesuaikan dengan bahan tanam
yang digunakan, untuk bibit Stum mata Tidur, Stum Mini dan Bibit Dalam
Polybag kedalaman lubang dibuat sedalam 40 cm , panjangnya 40 cm dan
lebar 40 cm, sedangkan khusus Stum Tinggi kedalaman lubang 60 cm,
panjangnya 60 cm dan lebar 60 cm . Pada saat penggalian lubang pisahkan
antara tanah bagian atas(topsoil) dan tanah bagian bawah(subsoil), bila
bahan tanam yang digunakan menggunakan stum mata tidur & stum mini
usahakan kondisi mata okulasi dalam keadaan membengkak , kondisi ini
dapat diperoleh dengan cara menunda pencabutan bibit minimal seminggu
dari waktu pemotongan dan jika bahan tanam yang digunakan bibit dalam
polybag daunnya harus dalam keadaan tua .
B. Penanaman
Penanaman
dilakukan dengan cara memasukkan bibit ketengah2 lubang kemudian
ditimbun dengan tanah bawah (subsoil) dan selanjutnya tanah bagian atas
(topsoil).bila menggunakan bahan tanam stum mata tidur, mini dan tinggi
pemadatan tanah dilakukan dengan cara bertahap sehingga timbunan menjadi
padat dan merata, sehingga apabila digoyang tidak mudah lepas ataupun
tercabut. Dan jika bahan tanam yang digunakan bibit dalam polybag
pemadatan disekeliling tanah cukup dilakukan dengan tangan. Penginjakan
dengan menggunakan kaki disekeliling tanaman tidak dianjurkan karena
akan menyebabkan bergesernya kolom tanah dan berakibat kematian tanaman.
Dua minggu setelah penanaman, tanah disekeliling tanaman biasanya
mencekung hal ini perlu dilakukan penambahan tanah agar rata dengan
permukaan tanah disekelilingnya .
C. Penyulaman
Bibit yang baru
ditanam sebaiknya diperiksa dua minggu sekali selama tiga bulan pertama
stelah penanaman , hal ini dilakukan untuk melakukan penyulaman bila ada
bibit yang mati . penyulaman sebaiknya dilakukan dengan bahan tanam
yang mempunyai umur realatif sama atau lebih tua dari tanamn yang
disulam , jika penyulaman dilakukan pada tahun kedua dan merupakan
penyulaman terakhir maka bahan sun tanam sulam harus menggunakan Stum
Tinggi.
D. Pembuangan tunas Palsu
Tunas palsu adalah
tunas-tunas yang tumbuh tidak pada mata okulasi, Tunas palsu dapat
menghambat tumbuhnya mata okulasi dan bahnkan menyebabkan mata okulasi
tidak tumbuh sama sekali oleh karena itu tunas palsu mesti dibuang .
pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu, tunas yang
bagus untuk dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi .
E. Pembuanganan Tunas cabang .
Pembuangan tunas cabang perlu dilakukan untuk mendapatkan bidang
sadap yang baik berbentuk, bundar, lurus, dan tegak dan tinggi.Tunas
yang tumbuh pada ketinggian diatas 2,5 – 3m dibiarkan dan tunas yang
tumbuh dibawah 2,5 – 3m harus dibuang, pembuangan dilakukan sebelum
tunas berkayu karena akan sukar dipotong dan akan merusak batang apabila
pemotongan kurang hati-hati .
F. Perangsangan Percabangan .
Pertumbuhan tanaman karet muda sering meninggi tanpa membentuk cabang
tanaman seperti ini akan terlambat mencapai matang sadap, selain itu
pada bagian ujung akan mudah bengkok oleh angin akibatnya akan tumbuh
tunas cabang pada salah satu sisi dan tumbuhnya tidak simetris sehingga
mudah patah oleh angin. Beberapa klon yang muda patah adalah GT 1 dan
RRIM 600.
Ketinggian cabang yang dianjurkan umumnya 2,5 - 3m
dari atas pertautan okulasi klon yang pertumbuhannya cabangnya lambat
dan baru tumbuh diatas 3 m perlu dilakukan perangsangan dengan cara :
1.
Membuang tunas muda yang baru tumbuh diatas daun payung teratas dari
pertautan okulasi cara ini akan menghsilkan cabang yang banyak dan
letaknya menumpuk sehingga tanaman akan mudah patah oleh angin
2.
Daun payung teratas dalam kondisi hijau tua diikat dengan karet gelang,
setelah 1 – 2 minggu calon tunas akan tumbuh pada ketiak daun maka
ikatan harus segera dibuka dengan cara ini tunas batang utama akan tetap
tumbuh keatas dan cabang yang dihasilkan posisinya bertingkat sehingga
lebih tahan terhadap angin.
3. Dilakukan pengguguran daun pada posisi
payung teratas yang sudah tua di ketinggian 2,5-3 m dengan cara
dirompes/dipetik sebagian dan disisakan 2-3 tangkai daun . tiga minggu
kemudian tunas calon cabang akan tumbuh. Pengguguran diulang 3 bulan
kemudian pada tanaman yang belum membentuk cabang . cabang yang
bertingkat dipelihara agar tanaman lebih kuat terhadap angin kencang dan
serangan jamur upas. Cara ini kurang efisisen karena harus dilakukan
berulang ulang .
4. Batang pada ketinggian 2,5-3 m dililitkan kawat,
setelah beberapa minggu tanaman akan membentuk cabang ,tetapi hal ini
jarang dilakukan karena terlalu banyak memakan waktu sehingga kurang
efisien dan juga tidak tahan terhadap angin kencang dan jamur upas.
5.
pengeratan barang dapat dilakukan dengan menggunakan pisu khusus yang
disebut double blade ring cute, tingkat keberhassilan ini cukup tinggi
namun memerlukan waktu banyak , alat dan tenaga yang terampil .
6.
pemenggalan dilakukan pada ketinggian 2,5-3 m sedikit diatas bekas mata
daun dilakukan pada usia tanaman +/- 24 bulan , arah potongan dibuat
miring dan luka bekas potongan hendaknya ditutup dengan TB 192, biasanya
tunas yang tumbuh lebih dari 10 tunas sehingga perlu dijarangkan
menjadi 3- 4 tunas yang seimbang, pembentukan cabang dengan cara ini
dapat berhasil dengan baik dan cukup efisien namun rentan terhadap jamur
upas.
TANAMAN SELA KARET
Tanaman sela karet
merupakan usaha pendukung untuk mengoptimalkan usaha tani karet yakni
sebagai tambahan sumber pendapatan baik pada masa tanaman karet belum
menghasilkan serta sebagai peningkatan daya guna tenaga kerja , pupuk
dll yang bermanfaat bagi tanaman karet dan tanaman sela. Pola tanaman
sela bagi perkebunan karet dapat dibagi dua yakni tahap Pola tanaman
sela pada usia tanam karet sebelum 3 tahun dan pola tanaman sela pada
usia karet lebih dari 3 tahun.
Pola tanaman sela sebelum tiga
tahun menggunakan Pola Tanaman Pangan, Pola Pisang dan Nenas, Pola Cabe,
Pola Semangka, pada pola tanaman pangan tanaman yang digunakan jagung +
padi gogo – kedele – kacang tunggak, tanaman jagung dan padi gogo
ditumpangsarikan sedangkan kedele dan kacang tunggak ditumpanggilirkan
.Pada pola tanaman pisang + nenas juga dilakukan secara tumpang sari.
Pola cabe ditanam dengan biji yang disemaikan terlebih dahulu dan
dipindahkan kelapangan oada saat usia bibit memasuki satu bulan . Pada
pola semangka varietas yang ditanam pada umumnya adalah varietas lokal
seperti sugar baby dan new dragon.
Pola tanaman setelah karet
berumur tiga tahun dilakukan karena tajuk (kerindangan) pohon pada tahun
ke empat sudah selebar 4m – 6m dan perakarannya sudah melebihi 3,5 m.
hal ini menyebabkan penggunaan lahan gawangan karet mulai terbatas
terutama dari faktor intensitas sinar matahari, selain faktor
hidromineral, Pemilihan tanaman sela harus didasarkan kepada
kemampuannya beradaptasi pada kondisi naungan.Pola tanaman sela karet
berumur tiga tahun menggunakan Pola Kapulaga dan Pola jahe,
Temulawak,dan Kunyit. Pola Kapulaga merupakan salaha satu komoditas
ekspor yang potensial hasil tanaman ini diperlukan untuk industri
obat-obataan dan kosmetika, secara umun terdapat dua jenis kapulaga
yakni kapulaga abrang ( elletaria cardanum) dan kapulaga local ( amomum
cardamun). Bahan yang digunakan pada umumnya adalah akar Rimpang atau
Anakannya. Begitupun pada pola Jahe,temulawak dan kunyit bahan tanaman
yang umumnya digunakan adalah rimpangnya .
PEMUPUKAN
Pada saai ini pemupukan menjadi semakin penting karena perkebunan
karet menggunakan klon-klon unggul. Pemkaian klon unggul yang
berproduktivitas tinggi akan meningkatkan jumlah hara yang terkuras dari
tanah yang pada akhirnya memerlukan tambahan hara melalui pemupukan.
Oleh karena itu pada dasarnya Pemupukan bertujuan untuk :
1. mempertahankan kesuburan tanah serta menjaga kelestariannya
2. menjaga keseimbangan hara tanah dan tanamannya
3. meningkatkan pertumbuhan tanaman
4. meningkatkan dan mempertahankan produksi
5. meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit.
A. GEJALA TANAMAN KARET YANG MEMERLUKAN PEMUPUKAN
Secara umum tanaman karet yang kurang kurang atau tidak mendapatkan pemupukan yang sempurna akan menunjukkan gejala sbb:
1. Tanaman kerdil
2. Daun bewarna cokelat dengan ukuran agak kecil
3. Ukuran lilit batang lebih kecil dari ukuran standar
4. Periode tanaman belum menghasilkan dari 6 tahun
5. Prediksi karet kering jauh dari angka taksiran
6. Angka N, P, K dan MG pada daun dan tanah berada dibawah angka optimum / rendah ( tes lab ) .
Beberapa
hasil percobaan menunjukkan dengan pemupukan yang intensif masa TBM
dapat dipersingkat menjadi 4 tahun dan produksi dapat ditingkatkan
hingga
15% - 56 %
B. EFEKTIVITAS PEMUPUKAN TANAMAN KARET
Keberhasilan pemupukan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
1. Dosis pupuk
2. Jenis pupuk
3. Waktu dan frekuensi pemupukan
4. Cara pemupukan, dan
5. Pengendalian gulma.
Dosis pupuk seharusnya diberikan dalam jumlah yang cukup. Dosis
pupuk yang terlalu sedikit. Hanya akan dimanfaatkan oleh jasad renik
dalam tanah serta gulma, sedangkan tanaman utama mungkin kurang bisa
memanfaatkannya.sebaliknya dosis pupuk yang terlalu tinggi,merupakan
pemborosan.
Jenis pupuk yang diberikan hendaknya disesuaikan
dengan keperluan tanaman. Sebagai contoh, jika urea dan SP 36 merupakan
dua jenis pupuk yang sangat diperlukan tanaman, maka pupuk tersebut
harus harus diberikan.
Waktu, frekuensi, dan cara pemupukan
juga harus tepat sehingga tanaman dapat memanfaatkan hara yang diberikan
secara optimum sesuai stadia pertumbuhan.waktu pemupukan disesuaikan
dengan umur tanaman dan kondisi kelembaban tanah. Sebagai
pedoman,pemupukan sebaiknya dilakukan setelah hujan turun.pada
pembibitan yang pengairannya dapat diatur, pemupukan dapat dllakukan
kapan saja
Kira – kira satu minggu sebelum pemupukan perlu
dilakukan pengendalian gulma untuk mengurangi kompetisi terhadap pupuk.
Gulma di pembibitan dibersikan dengan cara pen – cangkulan ringan,
sedangkan gulma di polibeg dibersikan dengan cara pencabutan. Untuk
tanaman di lapangan, baik tanaman belum menghasilkan maupun yang telah
menghasilkan, gulma dapat dikendalikan dengan cara manual maupun dengan
menggunakan herbisida. Jari – jari piringan pohon atau lebar jalur
tanaman yang dibersihkan disesuaikan dengan umur tanaman.
C. CARA PEMBERIAN PUPUK
Dalam pemupukan dikenal istilah pemupukan langsung ke tanah
dan pemupukan melalui daun. Pemupukan melalui tanah umumnya diberikan
dalam bentuk butir, tepung, atau larutan sedangkan pemupukan melalui
daun bisanya diberikan dalam bentuk larutan.pemupukan melalui daun
bisanya hanya dilakukan dalm skala kecil, misalnya pembibitan.
Pemupukan melalui tanah dapat dilakukan melalui berbagai cara,
yaitu : ( 1 ) langsung ditabur di atas permukan tanah di bawah tajuk
pohon, ( 2 ) seperti cara pertama, tetapi tanahnya dicangkul ringan, ( 3
) pupuk dibenam berapa tempat di sekitar pohon,(4) pupuk dibenam dalam
alur atau parit dangkal di sekitar pohon atau memanjang sepanjang
barisan tanaman.
Dari ke empat cara di atas cara pertama
merupakan cara yang termurah. Cara ke tiga dan keempat merupakan cara
paling aman ditinjau dari risiko ke mungkinan hilangnya hara – hara
melalui erosi permukan tanah karena hanyut oleh hujan.
D. DOSIS PEMBERIAN PUPUK
1. Rekomendasi pemupukan pembibitan batang bawah
Waktu Pemupukan ( Bulan Setelah Ditanam Dilapangan ) Jenis Pupuk
Urea (kg/ha) SP 36 (kg/ha) MOP (kg/ha) Kieserit (kg/ha)
1
2
3
4
Selanjutnya setiap bulan sampai 1 bulan sebelum okulasi hijau dan 3 bulan sebelum okulasi cokelat 90
225
225
225
450 110
280
280
280
550 45
90
90
90
180 45
90
90
90
180
Ket : kieserit dapat dengan dolomite dengan dosis 1,5 kali
2. Rekomendasi pemupukan dipolybeg ukuran 40 cm x 25 cm
Waktu Pemupukan ( Bulan Setelah Ditanam Di polybag) Jenis Pupuk
Urea
(g/polybag) SP36
(g/polybag) KCL
(g/polybag) Kieserit
(g/polybag)
0 ( 1 minggu setelah tanam )
1
2
3
Dst setiap bulan 2
5
5
5
5 3
6
6
6
6
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
Ket : kieserite dapat diganti dolomite dengan dosis 1,5 kali
3. Rekomendasi Pemupukan Pada kebun Entres setiap tahun
Umur Tanaman ( Tahun ) Urea SP 36 KCL Kieserit Frekuensi Pemupukan
g/p/th
1
2
3
dst 30
30
60 30
40
40 25
30
40 10
10
15 2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th
4. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan
Umur Tanaman Jenis Pupuk
Urea (g/p/th) SP 36 (g/p/th) KCL
(g/p/th) Kieserit
(g/p/th) Frekuensi Pemupukan
Pupuk Dasar - - - - -
1
2
3
4
5 250
250
250
300
300 150
250
250
250
250
100
200
200
250
250
50
75
100
100
100 6 kali / th
6 kali / th
6 kali / th
6 kali / th
6 kali / th
5. Rekomendasi Pemupukan pada tanaman Menghasilkan
Umur Jenis Pupuk
Urea (g/p/th) SP 36 (g/p/th) KCL
(g/p/th) Kieserit
(g/p/th) Frekuensi Pemupukan
6 – 15
16 – 25
> 25 sampai 2 tahun sebelum peremajaan 350
300
200 260
190
- 300
250
150 75
75
- 2 kali / th
2 kali / th
2 kali / th
6. Lokasi Penebaran Pupuk
Umur Tanaman
( Bulan Setelah Tanam ) Lokasi Penebaran Pupuk
1
3
6
9
12
18
24
28 – 36
37 – 48
> 49 Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 10 cm – 30 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 20 cm – 50 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 30 cm – 65 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 40 cm – 70 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 50 cm – 80 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 60 cm – 90 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 70 cm – 100 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 90 cm – 110 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 90 cm – 125 cm dari pohon
Ditabur di sekeliling pohon, dengan jarak 90 cm – 150 cm dari pohon
7. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Sela / Kacangan
Umur Tanaman Jenis dan Dosis Pupuk
Saat Penaburan Benih
2 minggu Setelah Berkecambah
2 bulan setelah penaburan
5 bulan setelah penaburan
Tahun ke 2 dilapangan
Tahun ke 3 dilapangan
Sp36 25kg/ha, dicampur dengan benih
Urea 15kg + Sp36 25 kg + KCL 5 kg + kieserite 2 kg/ha, disebarkan disamping kacangan
Sp36 75kg/ha
Sp36 75kg/ha
Sp36 175kg/ha
Sp36 175kg/ha
Ket : daun kacangan harus dalam keadaan kering pada saat penebaran pupuk
PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN
Penyakit
pada tanaman karet sering menimbulkan kerugian ekonomis pada perkebunan
karet rakyat . kerugian yang ditimbulkan tidak hanya berupa kehilangan
hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam
upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian
secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit
tersebut perlu dilakukan.
Penyakit tersebut terdiri dari 25 macam
dan terdiri atas 4 golongan penyakit berdasarkan nilai kerugian ekonomis
yang ditimbulkan .
1. Penyakit sangat membahayakan
Penyakit ini
menimbulkan kerugian ekonomis cukup tinggi di berbagai daerah perkebunan
di Indonesia. Jenis penyakit dalam kelompok ini adalah penyakit akar
putih, kekeringan alur sadap, penyakit gugur daun corynespora,
colletotrichum, dan oidium .
2. Penyakit membahayakan.
Penyakit
ini menimbulkan kerugian ekonomis secara terbatas dan terdapat secara
terbatas pada suatu klon, tingkat umur tanaman, dan daerah perkebunan
tertentu. Jenis penyakit yang termasuk adalah jamur akar merah, mouldy
rot, nekrosis kulit, dan jamur upas.
3. Penyakit agak membahayakan
Penyakit
ini terkadang menimbulkan kerugian ekonomis pada tanaman dalam dan
lokasi tertentu. Jenis penyakit ini adalah penyakit gugur daun
helminthosphorium dan phytophthora, kanker bercak, dan kanker lump.
4. Penyakit kurang membahayakan.
Penyakit
ini menimbulkan kerusakan tanaman tetapi tidak mengakibatkan kerugian
ekonomis yang cukup berarti jenis penyakit ini adalah gugur daun
guignardia, fusicoccum, cylindrocladium, penyakit akar cokelat, penyakit
akar hitam, botriodiplodia sp, ganggang, dan lain-lain.
A. PENYAKIT / PENYAKIT AKAR PUTIH ( Rigidoporus Microporus )
Gejala dan perkembangannya .
Penyakit
akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus ( Rigidoporus
lignosus ). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman.
Gejalanya pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun
terlipat kedalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati.
Daun muda, bunga dan buah terbentuk lebih awal. Pada perakaran tanaman
sakit tampak benang-benang jamur bewarna putih dan agak tebal( rizomorf
). Jamur kadang-kadang menbentuk badan buah mirip topi bewarna jingga
kekuning-kuningan pada pangkal tanaman.
Pada serangan berat akar
tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian
tanaman sering merambat tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya
berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggul-tunggul dan
akar tanaman . Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet
umur 1-5 tahun terutama pada tanaman yang bersemak, banyak tunggul, sisa
akar, dan pada tanah gembur atau berpasir.
Dalam pengendalian
penyakit pada umumnya pencegahan lebih dianjurkan daripada pengobatan
karena biayanya lebih murah dan resiko kerugian ekonomi akibat kerusakan
penyakit lebih kecil. Adapun pengendalian penyakit akar putih dapat
dilakukan sebagai berikut .
Tindakan Pencegahan
a. Pembongkaran dan pemusnahan tunggul dan sisa akar tanaman
Dilakukan
dengan menggunakan buldoser atau traktor kemudian diikuti dengan
penyingkiran atau pembakaran, pemusnahan juga dapat dilakukan dengan
penggunaan racun tunggul Garlon 480 EC atau Tordon 101 yang dapat
mempercepat proses pelapukan tunggul atau sisa akar tanaman.
b. Penanaman kacangan penutup tanah
Hal
ini dilakukan karena selain meningkatkan kesuburan tanaman kacangan
juga mampu meningkatkan jumlah jasad renik( jamur , bakteri, dan
aktinomiset ) dalam tanah yang membantu pelapukan tunggul dan sisa akar
tanaman dam menghambat tumbuhnya jamur akar putih. Jenis kacangan yang
dianjurkan adalah Pueraria javanica, centrosema pubescens, calopogonium
mucunoides, psopocarpus palustris, dan colopogonium caeruleum.
c. Penanaman Bibit sehat
Melakukan
seleksi Bibit yang akan ditanam, apabila bibit telah tertular jamur
akar putih sebaiknya dicelupkan kelarutan fungisida .
d. Perlindungan Tanaman
Perlindungan
tanaman dilakukan dengan cara menaburkan belerang (100g-200g/pohon)
disekeliling tanaman sampai 100 cm dari leher akar pada tanah yg telah
digemburkan hal ini dilakukan setiap tahun mulai tahun pertama sampai
dengan tahun kelima . atau juga dapat dilakukan dengan mencampur
belerang dengan tanah pengisi dengan dosis 100g bersamaan pada waktu
penanaman bibit. Belerang berfungsi untuk meningkatkan keasaman tanah,
kondisi tanah yang asam dapat menghambat perkembangan jamur akar putih
selain itu dapat juga mendorong perkembangan jamur antagonis terhadap
jamur akar putih yaitu Trichoderma dan gliocladium .
e. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan
tanaman dimaksudkan untuk membuat tanaman tumbuh baik, subur, dan kuat
sehingga tahan terhadap serangan penyakit/jamur. Pemeliharaan meliputi
pemberian dengan dosis yang tepat, penyiangan gulma/kacangan penutup
tanah disekeliling tanaman.
f. Tidak menanam tumbuhan inang jamur akar putih
Di
antara tanaman karet dapat ditanam tanaman sela palawija atau
holtikultura tetapi tidak dianjurkan menanam tanaman sela yang merupakan
inang jamur seperti ubi kayu, ubi jalar, tanaman bergetah dan
lain-lain.
PENGOBATAN TANAMAN SAKIT
Sebaiknya dilakukan pada
waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan
risiko kematian tanaman .Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan
lanjut maka kberhasilan pengobatan hanya mencapai dibawah 80%.
Cara penggunaan dan jenis yang dianjurkan adalah :
a.
Pengolesan: Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA, dan Shell CP
dilakukan pada sekeliling tanaman sakit ( akar lateral yang telah
membusuk sebaiknya dipotong )
b. Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50
SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP,
dan Vectra 100 SC. Dengan dosis 1-2liter pada tanaman belum
menghasilkan dan 2-3liter pada tanaman menghasilkan , penyiraman juga
dilakukan pada tanaman tetangga untuk mencegah penularan.
c.
Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G(5-10g/pohon), Belerang, dan
Triko SP+(50g/pohon pada tanaman usia 0-2 tahun , 100g/pohon pada
tanaman umur 2-4 tahun, dan 150g/pohon pada tanaman usia 5 tahun.
Penggunaan Triko SP+ sebaiknya diikuti dengan penaburan belerang
sebanyak 50g-100g/pohon disekeliling tanaman sampai selebar 1m dari
leher akar.
Pada saat pengobatan tanah disekitar tanaman sakit
digemburkan terlebih dahulu untuk memudahkan peyerapan obat tanaman,
Pengobatan sebaiknya diulangi dengan selang 6 bulan hingga tanaman
menjadi sehat . Setelah dilakukan pengobatan sebaiknya tanaman sakit
diberi pupuk ekstra berupa campuran pupuk urea, Sp36 dan Kcl atau Pupuk
majemuk NPK sesuai anjuran.
B. PENYAKIT CABANG DAN BATANG
1. Lapuk Cabang dan Batang Fusarium
Gejala dan Perkembangannya
Lapuk
cabang dan batang fusarium juga disebut Nekrosis Kulit yang disebabkan
oleh Jamur Fusarium sp pada kulit yang sakit juga ditemukan juga
penyakit Botryodiplodia theobromae. Gejalanya pada kulit batang timbul
bercak bewarna hitam kecokelatan dengan ukuran 2-5 cm, bercak-bercak
biasanya agak basah kemudian makin membesar dan akhirnya beragabung satu
sama lain hingga akhirnya sebagian atau seluruh batang/cabang mengalami
pembusukan. Penyakit ini dapat timbul pada batang tanaman hingga
cabang tanaman hingga mengakibatkan kerusakan pada kulit batang sehingga
tanaman tidak dapat disadap dan mudah patah. Kulit yang busuk dan rusak
akan mengundang kumbang penggerek xyleborus mascarensis dan
platypuscupulatus dan diikuti jamur ustulina sehingga menimbulkan
kerusakan/batang cabang tanaman yang lebih berat. Kondisi cuaca lembab
dan hujan yang terus menerus merupakan factor pendorong berkembangnya
penyakit ini. Penularan penyakit berlangsung dengan penyebaran spora
yang dibawa oleh angina pada kondisi cuaca lembab atau hujan .
Tindakan Pengendalian
a.
Tidak menanam klon yang rentan seperti AVROS 2037, GT 1, PB 260, dan
PB 235 pada daerah yang rawan penyakit( daerah lembab )
b. Melakukan
pengobatan pada tanaman sakit dengan pengolesan Benlate 50 WP, Agrosid
50 SD atau Antico F-96 dengan menggunkan kuas. Atau juga bisa dilakukan
dengan cara penyemprotan seminggu sekali secara berulang hingga 4-6 kali
semprotan .
c. Bagian kulit yang busuk dikupas dan ditutup dengan TB 192 untuk mencegah masuknya kumbang penggerak batang/cabang.
d.
Tanaman sehat disekitar disemprot atau dioles batang/cabangnya dengan
fungisida seminggu sekali untuk mencegah penyakit ynag lebih luas.
e. Batang, cabang, atau tanaman yang mati dikumpulkan dan dibakar untuk menghilangkan infeksi jamur
f. Tanaman yang mengalami serangan berat diistirahatkan, tidak disadap sampai tanaman pulih kembali.
2. Jamur Upas ( corticium salmonicolor )
Gejala dan Perkembangannya
Penyakit
jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium Salmonicolor yang menyerang
tanaman muda dan menghasilkan. Jamur ini mempunyai empat tingkat
perkembangan, mula-mula terbentuk lapisan jamur yang tipis dan bewarna
putih pada permukaan kulit kemudian jamur berkembang membentuk
kumpulan-kumpulan benang jamur selanjutnya terbentuk lapisan kerak
bewarna merah muda(corticium) pada tingkat ini jamur telah masuk
kebagian kayu dan pada tahapan selanjutnya jamur akan membentuk lapisan
tebal bewarna cokelat kehitaman ( necator ) pada bagian yang terserang
biasanya keluar lateks bewarna cokelat hitam pada permukaan batang
tanaman. Kulit yang sakit akhirnya akan membusuk dan bewarna hitam
kemudian mengering dan terkelupas, pada bagian kayu dibawah kulit yang
sakit akan menjadi lapuk dan menghitam sehingga mudah patah oleh angin.
Penularan terjadi melalui penyebaran spora yang dibawa oleh angin.
Serangan jamur upas sering dijumpai pada tanaman muda antara umur tiga
sampai dengan tujuh tahun terutama pada daerah yang memiliki tingkat
kelembapan dan curah hujan yang tinggi .
Tindakan Pengendalian
a.
Menghindari penggunaan Klon yang rentan seperti GT 1 dan PB 217, Pada
daerah ini sebaiknya klon yang ditanam AVROS 2037, BPM 24, BPM 1, BPM
107, PB 260, PR 261, RRIC 100.
b. Jarak tanam diupayakan tidak
terlalu rapat untuk mencegah kelembapan yang tinggi karena suhu yang
lembab dapat membantu perkembangan jamur upas
c. Pengobatan harus
dilakukan sedini mungkin yaitu pada saat terlihat gejala adanya benang
bewarna putih dengan mengoleskan Fungisida Bubur Bordo (diulang selang
dua minggu), Calixin 750 EC atau Antico F-96 ( tiga bulan sekali hingga
tanaman sehat ) pada bagian batang yang terkena serangan jamur hingga
30 cm pada bagian atas dan bawah dibagian yeng terserang. Bubur bordo
dan fungisida yang mengandung unsure tembaga tidak dianjurkan karena
dapat merusak mutu lateks.
d. Bila percabangan terkena serangan
lanjut ( tingkat corticium atau necator ) dilakukan pengupasan kulit
busuk kemudian dioleskan Calixin 750 EC secukupnya.
3. Kekeringan Alur Sadap ( Tapping Panel Dryness, Brown Bast )
Gejala dan perkembangannya
Penyakit
ini ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering mengakibatkan
kekeringan alur sadap sehingga tidak dapat mengalirkan lateks, selain
itu penyakit ini juga ditimbulkan akibat penggunaan bahan perangsang
lateks ethepon. Tanaman yang tumbuh subur, tanaman yang tumbuh dari
biji( seedling ) dan tanaman yang sedang membentuk daun baru sering
terserang Penyakit ini. Pada awalnya ditandai dengan tidak mengalirnya
lateks pada sebagian alur sadap selanjutnya dalam beberapa minggu
keseluruhan alur sadap ini akan menjadi kering, bewarna cokelat dan
tidak mengeluarkan lateks. Kekeringan kulit tersebut dapat meluas
kekulit lainnya yang seumur tetapi tidak meluas dari kulit perawan
kekulit pulihan dan sebaliknya.Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini
terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada
batang tanaman. Kekeringan alur sadap dapat meluas pada kulit yng seumur
pada pohon yang sama artinya tidak akan menular kepohon lainnya.
Tindakan Pengendalian
a.
Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian
perangsang lateks(ethepon) pada klon yang mudah terserang seperti BPM 1,
PB 235, PB 260, PR 261, dan RRIC 100
b. Bila terjadi penurunan
produksi karet kering yang terus menerus pada lateks yang dipungut serta
peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap hingga 10% pada
seluruh areal, maka penyadapan diturunkan iintensitasnya dari ½ S d/2
menjadi ½ S d/3 atau ½ S d/4. dan penggunaan ethepon dikurangi atau
dihentikan untuk mencegah agar pohon lainnya tidak mengalami hal yang
sama.
c. Membuang kulit yang kering dengan cara pengerokan sampai
batas 3mm-4mm dari kambium selanjutnya dioles dengan bahan perangsang
NoBB atau Antico F-96 sekali empat bulan atau 3 kali/tahun. Pengolesan
dengan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida matador 25 EC
pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang
penggerak. Penyadapan dapat dilakukan dibawah kulit yang kering atau
dibagian yang sehat dengan intensitas rendah ½ S d/3 atau ½ S d/4.
d. Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit.
4. Penyakit Bidang Sadap Mouldy Rot ( Ceratocystis Fimbriata )
Gejala dan Perkembangannya
Penyakit
bidang sadap mouldy rot disebabkan jamur ceratocystis fimbriata.Peyakit
ini mengakibatkan kerusakan pada bidang sadapan sehingga pemulihan
kulit terganggu. Bekas bidang sadapan menjadi bergelombang sehingga
sagat mempersulit peyedapan berikutnya.Ada kalanya bidang sadap rusak
sama sekali sehingga tidak mungkin lagi disadap.Pada bidang sadap dekat
alur sadap mula-mula terlihat selaput tipis berwarna putih, kemudian
berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu, sejajar
alur sadap, jamur mempunyai benang-benang hifa yang membentuk lapisan
bewarna kelabu pada bagian yang terserang. Spora banyak dihasilkan pada
bagian yang sakit, dan dapat bertahan hidup dalam keadaan kering. Bila
lapisan kelabu ini dikerok akan tampak bintik-bintik bewarna cokelat
atau hitam. Serangan ini meluas sampai ke cambium hingga ke bagian kayu.
Penularan jamur berlangsung dengan penyebaran spora yang diterbangkan
oleh angin dalam jarak jauh. Disamping itu jamur juga dapat ditularkan
oleh pisau sadap ayng membawa benih penyakit dari bidang sadap yang
sakit. Serangan mouldy rot biasanya timbul pada musim hujan, juga sering
dijumpai pada kebun-kebun yang mempunyai kelembapan tinggi, daerah
beriklim basah dan tanaman disadap terlalu sering dan terlalu dalam.
Tindakan pengendalian
a. Di daerah yang sering mengalami serangan mouldy rot atau beriklim basah sebaiknya tidak ditanam klon yang rentan GT 1.
b. Mencegah kelembapan dengan mengatur jarak tanam yang tidak terlalu rapat dan memangkas tanaman kacangan yang terlalu lebat.
c. Memberikan dosis pupuk yang tepat sesuai anjuran agar tanaman sehat sehingga pemulihan kulit berlangsung cepat.
d.
Penyadapan dilakukan tidak terlalu sering dan dalam untuk mengurangi
terjadinya serangan dan mempercepat pemulihan. Menurunkan intensitas
penyadapan dari ½ S d/2 menjadi ½ S d/3 atau ½ S d/4, atau menghentikan
penyadapan sama sekali pada waktu terjadinya serangan berat.
e.
Mengobati kulit putihan yang terserang dengan mengoleskan fungisida
Antico F-96, Bayleton 2 PA, Bavistin 50 WP, Benlate 50 WP, Derosal 60
WP, atau Topsin M 75 WP dengan kuas selebar 5 cm diatas irisan
sadap.sehari setelah penyadapan sebelum getah kering dilepaskan dari
alur sadap. Bila terjadi serangan berat penggobatan dilakukan seminggu
sekali dan bila serangan ringan dua minggu sekali. Penggunaan fungisida
Derosal 60 WP, Topsin M 75 WP atau Benlate 50 WP harus digilir dengan
fungisida lainnya untuk terhadap fungisida tersebut.
f. Setiap kali penyadapan sebaiknya pisau sadap dicelupkan kedalam larutan fungisida tersebut untuk mencegah penularan jamur.
C. PENYAKIT DAUN
1. Penyakit Gugur Daun Corynespora (C.cassiicola)
Gejala dan perkembangannya
Penyakit gugur daun Corynespora disebabkan oleh jamur Corynespora
cassicola yang menyerang daun karet muda maupun tua. Gejala serangan
pada daun cokelat masih belum tampak tetapi sesudah daun menjadi hijau
muda gejala mulai terlihat berupa bercak hitam kemudian berkembang
seperti menyirip daun mejadi lemas dan pucat pada bagian ujungnya mati
dan menggulung pada daun tua. Bercak hitam tersebut akan tampak seperti
tulang ikan dan akan makin meluas mengikuti urat daun dan kadang-kadang
tidak teratur. Bagian pusat bercak bewarna cokelat atau kelabu kering
dan berlubang selanjutnya daun akan menjadi kuning atau cokelat
kemerahan dan akhirnya gugur. Jamur ini menyerang tangkai dan daun muda.
Serangan jamur biasanya berlangsung lambat dan gugur daun biasanya baru
terjadi 2 -3 bulan setelah infeksi jamur. Pengguguran daun akan
berlangsung secara terus menerus sepanjang tahun sehingga pertumbuhan
terhambat, tidak dapat disadap dan lambat laun tanaman akan mati.
Serangan sering terjadi pada kebun-kebun yang terdapat didataran rendah
dengan keadaan iklim agak basah. Penularan jamur berlangsung dengan
penyebaran spora yang diterbangkan oleh angin dalam kondisi agak lembab
pada siang hari , jamur ini mempunyai banyak tumbuhan inang seperti
ketela pohon, akasia, angsana, papaya, beberapa rumputan dan lain-lain .
Tindakan Pengendalian
a.
Tidak menanam klon yang rentan pada daerah rawan serangan jamur.
Dianjurkan menanam beberapa klon anjuran dalam suatu hamparan kebun
untuk mengurangi resiko kerugian akibat serangan jamur.
b. Memberikan
pupuk ekstra dengan menambah dosis KCL (1,5 x dosis anjuran ) untuk
meningkatkan kemampuan tanaman menahan serangan jamur.
c. Melindungi
tanaman dengan penyemprotan fungisida Antracol 70 WP, Bavisitin 50 WP,
Benlate 50 WP, Daconil 75 WP atau Dithane M-45 dengan alat semprot
punggung. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali dimulai pada waktu
tanaman berdaun cokelat sampai hijau. Penggunaan fungisida hanya dapat
dilakukan di pembibitan dalam polybeg sedangkan pada tanaman dilapangan
dianggap tidak menguntungkan.
d. Tanaman yang produksinya sangany
rendah karena serangan berat terus-menerus sebaiknya diganti dengan klon
yang tahan terhadap penyakit gugur daun Corynespora.
2. Penyakit Gugur Daun Colletotrichum ( C. Gloeosporioides )
Gejala dan Perkembangannya
Penyakit
gugur daun colletotrichum disebabkan oleh jamur Colletotrichum
Gloeosporioides. Penyakit gugur daun ini mengakibatkan kerusakan pada
tanaman di pembibitan, tanaman muda, dan menghasilkan. Daun-daun muda
yang terserang terlihat lemas bewarna hitam, mengeriput bagian ujungnya
mat , menggulungi dan akhirnya gugur. Pada daun dewasa terlihat
bercak-bercak bewarna hitam, berlubang dan daun berkeriput serta bagian
ujungnya mati. Tanaman yang terserang berat, tajuknya menjadi gundul
sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat dan produksinya menurun.
Penyakit ini juga mengakibatkan mati pucuk.
Serangan jamur terjadi
pada waktu tanaman membentuk daun muda selama musim hujan. Serangan
berat biasanya terdapat pada klon peka dan kebun yang terletak pada
ketinggian di atas 200 m dari permukaan laut serta beriklim basah.
Penularan
jamur berlangsung dengan perantaraan spora yang dibawa oleh angin dan
air hujan terutama pada malam hari atau cuaca lembab.
Tindakan Pengendalian
a.
Tidak menanam klon yang rentan pada kebun-kebun yang rawan penyakit
gugur daun colletotrichum yaitu didaratan tinggi dan bercurah hujan
tinggi.
b. Memacu pembentukan daun muda lebih cepat dan mendorong
pertumbuhan tanaman yang lebih baik dengan memberikan pupuk ekstra
beberapa kali sebelum terbentuk duan baru agar tanaman terhindar dan
lebih tahan terhadap serangan jamur.
c. Melindungi tanaman dengan
penggunaan fungisida Antracol 70 W, Cupravit 21 OB, Daconil 75 WP,
Delsense MX 200, Dithane M-45, Manzate M-200, atau Sportak 450 EC
seminggu sekali selama lima kali penggunaan. Penggunaan fungisida
dilakukan pada waktu 10% pohon dalam kebun atau pembibitan telah
membentuk daun baru. Penggunaan fungisida dilakukan dengan memakai alat
mistblower atau alat semprot punggung dipembibitan atau kebun entres
sedangkan alat pengabut ( fulsfog atau dynafog ) pada pertanaman
dilapangan. Penggunaan Cupravit 21 OB yang mengandung unsur tembaga
tidak dianjurkan pada tanaman yang menghasilkan karena merusak mutu
lateks.
3. Penyakit Gugur Daun Oidium ( O. Heveae )
Gejala dan perkembangannya
Penyakit
gugur daun ini disebabkan oleh jamur Oidium Heveae. Penyakit ini
mengakibatkan kerusakan pada tanaman dipembibitan, tanaman muda dan
menghasilkan. Jamur menyerang daun muda yang masih bewarna cokelat. Daun
yang terserang terlihat bewarna hitam, lemas mengeriput, dan berlendir.
Dibawah permukaan daun terdapat bercak putih seperti tepung halus yang
terdiri dari atas benang hifa dan dan spora jamur. Pada serangan lanjut
daun akar gugur dan tinggal tangkainya saja. Serangan jamur pada daun
tua ditandai dengan adanya bercak kekuningan pada helaian daun dan
terdapat tepung halus bewarna putih dipermukaan tetapi daun-daun
tersebut tidak banyak gugur. Serangan berat jamur mengakibatkan
pertumbuhan tanaman terhambat dan tingkat produksi yang menurun. Jamur
ini juga menyerang bunga tanaman sehingga produksi biji juga menurun.
Serangan
penyakit biasanya berlangsung pada waktu daun muda terbentuk bersamaan
dengan hujan rintik-rintik atau kabut dipagi hari pada awal musim hujan.
Serangan berat pada umumnya terjadi pada klon peka dan kebun yang
terdapat pada ketinggian dia atas 200 mdari permukaan air laut.
Penularan jamur berlangsung dengan perantaraan spora yang diterbangkan oleh angina dan embun jarak jauh .
Tindakan Pengendalian
a. Klon-klon yang rentan sebaiknya tidak ditanam didaerah yang rawan penyakit gugur daun Oidium.
b.
Menghindari serangan jamur Oidium Heveae dengan merangsang pembentukan
daun baru lebih awal. Tanaman yang terlambat gugur alami dan
diperkirakan akan membentuk daun baru pada awal musim hujan perlu diberi
pupuk tambahan nitrogen satu kali dosis anjuran. Pupuk nitrogen
berfungsi untuk merangsang pembentukan daun baru lebih awal sehingga
diharapkan daun tanaman telah menjadi hijau pada waktu jamur Oidium
Heveae timbul pada awal musim hujan. Perlu diperhatikan bahwa sebaiknya
pupuk tersebut dibenamkan kedalam tanah agar mudah diserap akar tanaman.
c.
Melindungi daun tanaman dari serangan Oidium Heveae dengan fungisida
Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Belerang, atau Tilt 250 EC. Penggunaan
fungisida dilakukan seminggu sekali sebanyak lima kali, dimulai pada
waktu 10% pohon dalam kebun membentuk daun baru dan telah terlihat
gejala serangan Oidium Heveae berupa bercak hitam atau cokelat atau
embun tepung bewarna putih pada daun tanaman. Penggunaan
belerang(10-15kg/ha) dilakukan dengan cara penghembusan dengan alat
penghembus bermotor pada pada pagi hari agar fungisida mudah melekat
pada permukaan daun yang masih basah dan tidak diterbangkan oleh angin.
Sedangkan penggunaan Bayleton 250 EC, Bayfidan 250 EC atau Tilt 250 EC
dilakukan dengan alat penyemprot bermotor atau alat Pengabut ( fulsfog
atau dynafog ).
GULMA DI PERKEBUNAN KARET DAN PENGENDALIANNYA
Gulma
pada tanaman adalah tumbuhan yang tumbuh disuatu tempat dan pada waktu
tidak tepat sehingga keberadaanya tidak dikehendaki karena menganggu
pertumbuhan tanaman, terganggunya aktifitas pemeliharaan, penurunan
produksi sampai dengan kematian tanaman sehingga dapat menimbulkan
kerugian ekonomi yang cukup tinggi apabila tidak segera dikendalikan.
A. Berikut kerugian langsung dan tidak langsung yang ditimbulkan Gulma
1.
Gulma menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan produksi karena
terjadi kompetisi dengan tanaman dalam pemanfaatan air, unsure hara,
cahaya matahari, C02, dan ruang tumbuh .
2. Gulma disepanjang jalur
tanaman karet menghasilkan akan menghambat pelaksanaan penyadapan dan
pengumpulan lateks sehingga meningkatnya biaya produksi atau pemanenan.
3.
Gulma meningkatkan biaya pemeliharaan tanaman karet sebesar 50-70% pada
tanaman belum menghasilkan, 20-30% pada tanaman menghasilkan.
4.
Beberapa jenis gulma dapat mendorong berkembangnya penyakit tanaman
karet karena berperan sebagai inang suatu patogen dan meningkatkan
kelembapan tanah disekitar perakaran tanaman .
5. Gulma sering
menjadi pemicu terjadinya kebakaran terutama pada pertumbuhan gulma yang
cukup lebat seperti alang-alang pada musim kemarau .
B. Beberapa jenis gulma pada perkebunan karet
1. Imperata Cylindrica ( L. ) Raeuschel
Imperata
Cylindrica dikenal dengan beberapa nama umum seperti alang-alang(jawa),
lalang(melayu), dan eurih(sunda) serta banyak nama lainnya. Alang-alang
dapat tumbuh baik pada pada daerah dataran rendah sampai dengan
ketinggian 2000 m dari permukaan air laut .
2. Mikania Micranta HBK
Mikania
Micranta adalah gulam tahunan yang juga dikenal dengan beberapa nama
umum seperti sembung rambat ( jawa ), dan areu sembung rambat (sunda ).
Daerah penyebarannya cukup luas, yaitu daerah dataran rendah sampai
dengan ketinggian 1000 m diatas permukaan laut.
3. Melastoma Malabathricum L
Melastoma
Malabathricum mempunyai beberapa nama daerah antara lain senduduk
(melayu), senggani(jawa), dan harendong(sunda). Gulma ini banyak
dijumpai dilahan perkebunan dengan jenis tanah podsolik merah kuning,
dan mampu tumbuh baik sampai dengan ketinggian 1.650 m diatas permukaan
air laut.
4. Chromolaena Odorata ( L.)R.M.King dan H.Robinson.
Gulma
ini dahulu dikenal sebagai Eupatorium Adoratum(L.) dan memiliki nama
umum kirinyuh(sunda), Babanjaran(sunda), dan pokok kapal terbang
(melayu). Gulma ini dapt tumbuh dengan baik dalam keadaan lingkungan
yang teduh maupun kering, sehingga daerah perkembangannya cukup luas
diberbagai jenis tanah dan komoditi yang dibudidayakan.
5. Lantana Camara L.
,ayam(melayu),
puyengan(jawa), dan kembang telak(jawa) adalah tumbuhan perdu tahunan
yang berasal dari amerika. Daerah penyebarannya cukup luas yaitu daerah
dataran rendah sampai pada ketinggian 1.700 meter diatas permukaan laut.
6. Paspalum Conjugatum Berg.
Paspalum
Conjugatum berasal dari daerah amerika tropis dan memiliki beberapa
nama local antara lain rumput pait( melayu), paitan(jawa), dan jukut
pahit(sunda). Gulma ini merupakan rumput tahunan yang tumbuh menjalar
dan memiliki stolon, yang pada setiap ruasnya dapat berbentuk akar.
Batang atau rumpun Paspalum Conjugatum dapat tumbuh tegak atau miring
dengan ketinggian mencapai 60 cm .
C. PENGENDALIAN GULMA
Diperkebunan
karet gulma dapat dikendalikan dengan cara Mekanis, Kultur Teknis, dan
Kimiawi. Ketiga cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing sehingga dianjurkan diterapkan secara terpadu, disesuaikan
dengan kondisi dan kemampuan petani agar diperoleh hasil yang efektif
dan efisien.
Cara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat-alat
sederhana seperti cangkul, parang, dan peralatan manual lainnya. Namun
cara ini membutuhkan waktu, tenaga, biaya yang cukup tinggi serta dapat
merugikan pertumbuhan tanaman karena dapat melukai akar dan merusak
fisik tanah selain itu cara mekanis di anggap kurang efektif karena
gulma yang perkembangbiakannya dalam tanah sulit terjangkau
pengendaliannya.
Pengendalian gulma dengan cara kultur teknis
dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah seperti leguminosa.
Tanaman ini selain efektif menekan pertumbuhan gulma, tetapi juga dapat
menambah bahan organik dan unsure hara dalam tanah. Namun cara ini
memerlukan biaya relatif tinggi sehingga hanya sebagian kecil petani
yang dapat menerapkannya.
Pengendalian gulma secara kimiawi
menggunakan herbisida mempunyai beberapa kelebihan karena pelaksanaannya
cepat, menggunakan sedikit tenaga, dan memebrikan hasil yang efektif.
Tetapi petani dihadapkan kendala modal untuk pembelian herbisida serta
pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang teknik aplikasi
herbisida.
Frekuensi Pengendalian gulma dengan herbisida berdasarkan tingkat umur tanaman karet
Umur Tanaman
(tahun) Aplikasi Herbisida Lebar Piringan/jalur
Kondisi Tajuk Frekuensi Waktu
Tanaman belum menghasilkan 2 - 3 tahun
4 – 5 tahun
Tanaman menghasilkan 6 – 8 tahun
9 -15 tahun
> 15 tahun Belum menutup
Mulai menutup
Sudah menutup
Sudah menutup
Sudah menutup 3 – 4 kali
2 – 3 kali
2 – 3 kali
2 kali
2 kali Maret, juni, September, Desember*
Maret, September, juni*
Maret, September, juni*
Maret, September
Maret, September 1.5 – 2.0 cm
1.5 – 2.0 cm
2.0 – 3.0 cm
2.0 – 3.0 cm
2.0 – 3.0 cm
• Aplikasi herbisida dilakukan secara Spot ( Setempat ) pada daerah yang pertumbuhan gulmanya relatif lebat.
D. APLIKASI PEMILIHAN HERBISIDA
Keberhasilan
dan efisiensi aplikasi bergantung pada beberapa faktor utama, antara
lain, ketepatan pemilihan herbisida, penguasaan teknik, dan ketepatan
aplikasi herbisida dilapangan.
Nama Formulasi Bahan Aktif Gulma Sasaran
(g/L) Nama
Roundup
Basmilang 480 AS
Rambo 480 AS
Agrofos 480 AS
Polaris 240 AS
Spark 160 AS
Sting 160 AS
Touchdown 480 AS
Ally 20 WDG
Paracol
Scout 180/22 AS
Glidamin 300/100 AS 480
480
480
480
240
160
158,2
480
200
200
200
240
73
300
100 Isopropilamina Glifosat
Isopropilamina Glifosat
Isopropilamina Glifosat
Isopropilamina Glifosat
Isopropilamina Glifosat
Isopropilamina Glifosat
Isopropilamina Glifosat
Sulfosat
Metsulfuron Metil
Paraquat Diuron
Isopropilamina Glifosat kalium-Picloran
Isopropilamina Glifosat
2,4 D Amina
Imperata Cylindrica, Paspalum, Cynodon.
Imperata Cylindrica, Paspalum.
Imperata Cylindrica, Rumput.
Imperata Cylindrica, Rumput.
Paspalum, Ottochloa, Imperata Cylindrica.
Ottochloa, Imperata Cylindrica.
Ottochloa, Paspalum
Imperata Cylindrica, Paspalum, Ottochloa.
Lantana, Melastoma, Chromolaena.
Ottochloa, Paspalum.
Ottochloa, Paspalum. mekania, Borreria.
Paspalum, mekania.
Catatan
: 1. Dosis penggunaan dapat dilihat pada kemasan 2.Nama & jenis
herbisida terkini yang secara resmi telah terdaftar dan diizinkan
penggunaanya setiap tahunnya dapat dilihat pada buku “pestisida untuk
pertanian dan kehutanan” yang disusun oleh Departemen Pertanian.
PENYADAPAN TANAMAN KARET
Penyadapan
merupakan suatu tinndakan pembukaan pembuluh lateks, agar lateks yang
terdapat didalam tanaman karet luar. Cara penyadapan yang telah dikenal
luas adalah dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Sistem
penyadapan diharahpkan mampu menghasilkan lateks yang banyak, biayanya
rendah, dan tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman. Oleh karena
itu pelaksanaan penyadapan harus mengikuti aturan atau norma yang
benar.
A. Penentuan Matang Sadap
Matang sadapTanaman karet
akan siap apabila sudah matang sadap pohon, artinya tanaman karet telah
sanggup disadap untuk dapat diambil lateksnya tanpa menyebabkan
gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya.
Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan lilit
batang pada umur tanaman .
1. Umur Tanaman.
Dalam keadaan
pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap pada umur 5 – 6
tahun. Namun demikian seringkali dijumpai tanaman belum siap disadap
walau umurnya sudah lebih dari 6 tahun. Hal ini terjadi akibat kondisi
lingkungan dan pemeliharaan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman.
Sebenarnya Penyadapan karet dapat dilakukan pada usia kurang dari 5
tahun dengan syarat kondisi lingkungan dan pemeliharaan dilakukan dengan
sangat baik sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Artinya umur
tanaman karet tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan
matang sadap dan hanya dapat digunakan sebagai pedoman untuk pengukuran
lilit batang .
2 Pengukuran lilit batang
Lilit batang telah
disepakati sebagai pedoman untuk mengetahui pertumbuhan tanaman karet,
karena hasil tanaman karet berupa lateks diperoleh dari batangnya(kulit
batang). Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit batang sudah
mencapai 45 cm atau lebih. Pengukuran lilit batang untuk menentukan
matang sadap mulai dilakukan pada waktu tanaman berumur 4 tahun. Lilit
batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan mata okulasi.
3. Matang Sadap Kebun
Penyadapan
dapat dimulai setelah kebun karet memenuhi kriteria matang sadap kebun.
Kebun dikatakan matang sadap kebun apabila jumlah tanaman yang sudah
matang sadap pohon sudah mencapi 60% atau lebih. Pada kebun yang
terpelihara dengan baik, jumlah tanaman yang matang sadap pohon biasanya
telah mencapai 60-70% pada umur 4-5 tahun.
B. Persiapan Pembukaan Bidang Sadap
Sebelum
melakukan pembukaan bidang sadap dilakukan Penggambaran bidang sadap
pada kebun yang sudah mencapai matang sadap. Kriteria yang ditetapkan
dalam penggambaran bidang sadap terdiri dari tinggi bukaan sadap, arah
dan sudut kemiringan irisan sadap, panjang irisan sadap, dan letak
bidang sadap .
1. Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm diatas pertautan
okulasi. Ketinggian ini berbeda dengan ketinggian pengukuran lilit
batang untuk penentuan matang sadap.
2. Arah dan sudut kemiringan
irisan sadap diharapkan dapat memotong pembuluh lateks sebanyak mungkin
agar lateks yang keluar maksimal. Posisi pembuluh lateks pada umumnya
tidak sejajar dengan batang tanaman tetapi agak miring dari kanan atas
kekiri bawah membentuk sudut 3,7 derajat dengan bidang tegak. Agar
pembuluh yang terpotong maksimal jumlahnya, arah irisan sadap harus dari
kiri atas kekanan bawah tegak lurus terhadap pembulu lateks. Sudut
kemiringan irisan sadap berpengaruh terhadap produksi. Sudut kemiringan
yang paling baik berkisar antar 30 – 40 derajat terhadap bidang datar
untuk bidang sadap bawah dan 45 derajat pada bidang sadap atas. Sudut
kemiringan sadap juga berpengarug pada aliran lateks kearah mangkuk
sadap. Sudut kemiringan yang terlalu datar dapat menyimpang dari alur
aliran lateks, selain itu
dapat menyebabkan aliran lateks menjadi lambat dan sering membeku sebelum sampai kemangkuk.
3.
Panjang irisan sadap sangat berpengaruh terhadap produksi dan
pertumbuhan tanaman. Panjang irisan sadap yang dianjurkan untuk karet
rakyat adalah ½ S ( irisan miring sepanjang ½ spiral )
4. Penentuan
letak bidang sadap perlu dilakukan agar pelaksanaan penyadapn cepat dan
mudah dikontrol. Oleh karena itu bidang sadap harus diletakkan pada arah
yang sama dengan arah pergerakan penyadap waktu menyadap. Jadi bidang
sadap diletakkan pada arah timur-barat ( pada jarak antar tanaman yang
pendek )
5. Pemasangan talang sadap dilakukan bertujuan supaya tidak
mengganggu pelaksanaan penyadapan sehingga lateks dapt mengalir dengan
baik dan tidak terlalu banyak meninggalkan getah bekuan pada batang,.
Talang sadap baiknya dibuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjang
+/- 8 cm dipasang pada jarak 5-10cm dari ujung irisan bagian bawah..
Pemasangan mangkuk sadap dilakukan pada jarak 15 cm – 20 cm dibawah
talang sadap hal ini dilakukan agar lateks dapat mengalir sampai ke
mangkuk dengan baik, mangkuk pada umumnya terbuat dari tanah liat,
plastik, alumunium, atau batok kelapa yang diikat dengan menggunakan
kawat
C. Pelaksanaan Penyadapan
1. Kedalaman Irisan Sadap
Pembuluh
lateks dalam kulit batang tersusun berupa barisan dan terdapat pada
bagian luar sampai bagian dalam kulit, semakin kedalam jumlah pembuluh
kateks semakin banyak. Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 –
30 tahun karena itu diusahakan pulit pulihan dapat terbentuk dengan
baik oleh karena itu kerusakan saat penyadapan harus dihindari.
Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan adalah 1 mm – 1,5 mm agar pohon
dapat disadap 25 – 30 tahun.
2. Ketebalan irisan sadap
Lateks
akan mengalir dengan cepat pada awalnya, dan semakin lama akhirnya akan
semakin lambat hingga akhirnya terhenti sama sekali. Hal ini disebabkan
tersumbatnya ujung pembuluh lateks dengan gumpalan lateks. Sumbatan
berupa lapisan yang sangat tipis. Lateks akan mengalir bila sumbatan
dibuang dengan cara mengiris kulit pada hari sadap berikutnya dengan
ketebalan 1,5 mm – 2 mm setiap penyadapan .
3. Frekuensi penyadapan
adalah jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu.
Penentuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan panjang
irisan dan intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 S)
, frekuensi penyadapan yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu
kali dalam 3 hari (d/3) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian
diubah menjadi satu kali dalam dalam 2 hari (d/2) untuk tahun
selanjutnya. Menjelang peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi
penyadapan dapat dilakukan secara bebas .
4. Waktu penyadapan
Jumlah
lateks yang keluar kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan turgor
sel. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, dan
akan menurun bila hari semakin siang. Oleh karena itu penyadapan
sebaiknya dilakukan sepagi mungkin setelah penyadap dapat melihat
tanaman dengan jelas, yaitu jam 05.00 – 07.00 .
D. Sistem Eksploitasi
Kemampuan
tanaman dalam menghasilkan lateks berubah yang dipengaruhi oleh umur
tanaman. Oleh karena itu aturan penyadapannya juga harus disesuaikan
dalam suatu sistem sadap yakni aturan-aturan yang dilakukan pada suatu
periode. Beberapa sistem sadap yang dirangkai dan dilakukan secara
berurutan sepanjang siklus produksi tanaman dinamakan sistem
eksploitasi. Sistem ekploitasi yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah
sistem eksploitasi konvensional.
No Sistem Sadap Jangka Waktu
0(I) Kulit Perawan
1(II)Kulit Perawan
2(II)Kulit Perawan
3(II) Kulit Perawan
4(III)Kulit Pulihan Pertama
5(III)Kulit Pulihan Pertama
6a(IV)Kulit Pulihan Pertama
6b(IV) kulit Pulihan Pertama
7-8(V) Kulit Pulihan Kedua TBM
½ s d/3
½ s d/2
½ s d/2
½ s d/2
½ s d/2
½ s ↑ d/2
½ s ↑ d/2
Bebas
5 Tahun
2 Tahun
3 Tahun
4 Tahun
4 Tahun
4 Tahun
2 Tahun
2 Tahun
4 Tahun
Ket : 1.TBM (Tanaman Belum Menghasilkan)2. ↑ : sadapan atas
PENGOLAHAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT ( BOKAR)
http://www.suryapromo.com/moel0505 07118407955
Mutu
bahan olah karet rakyat (bokar) sangat menentukan daya saing karet alam
Indonesia dipasar International. Dengan mutu bokar yang baik akan
terjamin permintaan pasar jangkan panjang . Mutu bokar yang baik
dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat kebersihan yang
tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai sejak penanganan lateks
di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir.
A. Penanganan Lateks Kebun
Lateks
kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil
bokar yang baik. Penurunan mutu dipengaruhi oleh aktivitas organisme
yang akan menjadi masalah dalam proses pengolahan sit asap atau sit
angina dan krep (crepe), lateks pekat. Penurunan mutu biasanya
disebabkan aktivitas enzim, iklim, budidaya tanaman / jenis klon,
pengangkutan, serta kontaminasi kotoran dari luar. Untuk mencegah hal
itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. alat-alat penyadapan dan pengangkutan harus senantiasa bersih dan tahan karat.
2. lateks harus segera diangkat ketempat pengolahan tanpa banyak goncangan
3. lateks tidak boleh terkena matahari langsung.
4.
atau dengan menambahkan amonia (NH3) atau natrium sultit (Na2SO3)
dengan dosis 5ml – 10 ml /liter lateks. Efek samping penggunaan amonia
lateks mudah menguap sehingga jika dibiarkan ditempat terbuka akan cepat
menurun kadarnya dalam proses penggumpalan diperlukan asam
format(semut) lebih banyak.
B. Penentuan Kadar Karet Kering
Kadar
Karet Kering (KKK) lateks atau bekuan sangat penting untuk diketahui
karena selain dapat digunakan sebagai pedoman penentuan harga juga
merupakan standar dalam pemberian bahan kimia untuk pengolahan RSS,
Krep, dan Lateks Pekat.
Ada empat metode penentuan KKK yang digunakan
yakni metode laboratorium baku, metode chee, metode hidrometri, dan
metode panci penggoreng.
Pada dasarnya keempat metode tersebut
memiliki prinsip penentuan kadar yang sama perbedaan hanya pada
peralatan dan metodenya. Cara Perhitungan KKK adalah : Bobot Karet
Kering
________________ x 100 %
Bobot Lateks
C. Jenis Bahan Olah Karet Rakyat
Dalam
rangka perbaikan mutu bokar, pemerintah telah menetapkan SNI-Bokar
No.06-2047-2002 tanggal 17 oktober 2002. dengan kriteria nilai KKK,
kebersihan, ketebalan, dan jenis bahan bekuan
Bokar yang bermutu tinggi harus memenuhi beberapa persyaratan teknis yaitu :
1. Tidak ditambahkan bahan-bahan Non karet
2. Dibekukan dengan asam format/semut atau bahan lain yang dianjurkan dengan dosis yang tepat
3. Segera digiling dalam keadaan segar
4. Disimpan ditempat yang teduh dan terlindung
5. Tidak direndam dalam air.
Bahan olah karet rakyat :
1.
Lum Mangkuk : adalah lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah
dalam mangkuk, pada musim penghujan untuk mempercepat proses pembekuan
lateks ditambahkan asam format/semut atau bahan lainnya.
2. Lum Bambu
: adalah sistem pembekuan lateks dengan menggunakan tabung bambu dengan
penambahan asam format/semut atau bahan lainnya
3. Sleb/Lum Deurob (
Asap Cair ) : lateks ditambahkan pembeku Deorub dengan perbandingan 10 :
1 , pembeku deorub telah ditemukan oleh balai penelitian sembawa yang
berfungsi sebagai pembeku lateks , mencegah, dan menutup bau busuk pada
bekuan, mempertahankan nilai Po & PRI, memberikan aroma asap yang
khas serta bewarna cokelat.
4. Sleb Tipis dan Sleb Giling : Bahan
olah karet rakyat pada umumnya dalam bentuk Sleb tipis dan giling cara
pembuatan yang umum dilakukan adalah dengan mencampurkan lateks dengan
lum mangkok kemudian dibekukan dengan asam format/semut didalam bak
pembeku yang berukuran 60cm x 40 cm x 6 cm tanpa perlakuan penggilingan,
bahan olahan ini lebih disukai karena mutu yang dihasilkan seragam
dengan Kadar Karet Kering (KKK) sekitar 50%, tidak ada resiko penurunan
mutu serta muda didalam pengangkutan .
5. Blanket : Sleb tipis dapat
diolah menjadi blanket melalui penggilingan dengan mesin mini Creper,
proses penggilingan dilakukan sebanyak 4-6 kali sambil disemprot air
untuk menghilangkan kotoran yang terdapat didalam sleb, Blanket
mempunyai Ketebalan sekitar 0,6cm-1cm, dengan KKK sekitar 65% - 75%.
6.
Sit Angin (Unsmoked sheet/USS : Sit angin adalah lembaran karet hasil
bekuan lateks yang digiling dan dikering anginkan sehingga memiliki KKK
90 – 95 % proses pembuatn sit angin terdiri dari penerimaan dan
penyaringan lateks, pengenceran, pembekuan, pemeraman, penggilingan,
pencucian, penirisan, dan pengiringan.
7. Sit Asap ( Ribbed Smoked
Sheet/RSS ) : Proses pengolahan Sit Asap dengan pembeku asam
format/semut hamper sama dengan sit angin, bedanya terletak pada proses
pengeringan, yaitu pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang
bertahap antara 40derajat – 60 derajat celcius selama 4 hari .
Klasifikasi Sit Asap menjadi RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan cutting dilakukan
setelah proses pengeringan, keuntungan yang diperoleh RSS dapat langsung
diekspor atau sebagai bahan baku industri barang jadi karet, mutu
produk seragam dan konsisten, harga paling tinggi dibandingkan jenis
bokar yang lain.
8. Lateks Pekat : Lateks Pekat adalah lateks kebun
yang dipekatkan dengan cara pusingan atau didadihkan dari KKK 28% - 30 %
menjadi KKK 60 % - 64 % , pengolahan lateks pekat melalui beberapa
tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks kebun, pembuatan larutan
pendadih, pendadihan, dan pemanenan.
SISTEM DAN KELEMBAGAAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT ( BOKAR )
A. Pemasaran dan Penentuan Harga Bokar
1. Sistem dan Pemasaran Bokar
Pemasaran
Bokar merupakan kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan bokar dari
petani kepabrik pengolah ( SIR, RSS, Lateks Pekat ) dan selanjutnya
diekspor atau dijadikan barang jadi karet.
Penyampaian Bokar dari
petani ke pihak pabrik pengolah dilakukan oleh lembaga pemasaran melalui
fungsi pemasaran. Fungsi pemasaran meliputi fungsi pertukaran (
Penjualan dan Pembelian ), fungsi fisik ( Pengumpulan, Penyimpanan,
Pengangkutan, Pengolahan), Fungsi fasilitas standarisasi, grading,
Penanggungan Resiko, Pembiayaan, dan Penyediaan Informasi Pasar/Harga.
Dalam melaksanakan Fungsinya Lembaga Pemasaran akan memerlukan Biaya dan
Memperoleh Jasa Keuntungan.
Sistem pemasaran karet rakyat umumnya
delum terorganisasi dengan baik dan kurang efisien hal ini disebabkan
lokasi kebun karet rakyat yang tersebar dalam luasan yang sempit, rantai
pemasaran yang panjang, dan mutu Bokar yang rendah serta beragam.
Penyebab lainnya adalah sistem penjualan bokar masih didasarkan atas
berat basah, sehingga bokar yang diperdagangkan hanya Berkadar 40 – 50 %
selebihnya adalah air dan kotoran. Karena kondisi ini menyebabkan biaya
angkut yang tinggi dan ada resiko susut yang harus ditanggung oleh
lembaga Pemasaran dan pada akhirnya berpengaruh terhadap harga yang
diterima petani. Artinya dengan semakin besar biaya dan jasa pemasaran
makan bagian harga yang diterima petani semakin rendah.
Sistem Pemasaran Bokar
¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬__________________________ ______________________________
│ ↓ ↑ ↓
Petani → Pedagang Desa → Pedagang Besar → Pool Pabrik → Pabrik/Eksportir
↓_______________________________↑________________↑
Rantai Pemasaran Bokar Tradisional
kemitraan
____________________________________________
↑ ↓
Petani → Kelompok tani → KUD
Industri Barang ½ jadi
↓
↓¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬_______________________ Pabrik pengolah / eksportir
Kemitraan / lelang
Rantai pemasaran Bokar yang telah terorganisasi
Kelompok Tani dan KUD tidak menguasai fisik bokar tetapi hanya sebagai pengelola yang memperoleh fee / komisi
2. Sistem Penentuan Harga Bokar
Harga
bokar yang diterima Petani seperti yang diuraikan diatas ditentukan
oleh sistem kelembagaan, dan panjangnya rantai pemasaran yang pada
dasarnya menentukan tingkat kekuatan petani dalam melakukan negosiasi
pembentukan harga. Selain itu harga bokar ditentukan oleh : Jenis dan
Mutu Bokar, Kadar Karet Kering (KKK), Harga Karet Alam Dunia, Marjin
Pemasaran.
A. Jenis dan mutu bokar yang terstandarisasai biasanya
berhubungan dengan Kadar Karet Kering ( KKK ) yang merupakan salah satu
faktor terpenting dalam penentuan harga bokar. Mutu bokar yang baik
harus memenuhi kriteria, diantaranya adalah : 1. lateks dibekukan dengan
asam semut atau pembeku lain yang dianjurkan, 2. Bersih dan bebas
kontaminasi kotoran, 3. Tidak Direndam dalam air atau dijemur dibawah
terik matahari, 4. KKK ditingkat Petani minimum 50%, 5. Dicetak
dalamUkuran Tertentu.
Standar Nasional Indonesia(SNI) bokar Nomor
06-2047-2002 tanggal 17 oktober 2002, dalam SNI tersebut bokar terdapat 4
jenis mutu Sleb dan Lum, maka harga pembelian bokar dibedakan
berdasarkan jenis mutu agar petani terdorong untuk menghasilkan bokar
yang bermutu baik.
B. Kadar Karet Kering ( KKK )
Kadar Karet
kering adalah persentase kandungan karet yang terdapat didalam bokar.
KKK merupakan faktor terpenting penentuan harga bokar. KKK bokar
ditentukan oleh KKK lateks, sistem pengolahan dan penyimpanan bokar di
tingkat petani.
Secara sederhana Penentuan KKK dapat dihitung sebagai berikut :
KKK : Sb / Bk x 100 %
Sb : Sleb basah(mula2)
Bk : Blanket kering(sleb setelah digiling)
Penentuan
KKK oleh lembaga pemasaran hanya berdasarkan perkiraan visual dan ada
unsur spekulasinya. Hal ini dipengaruhi dengan penanggungan resiko
misalnya kesalahan taksir KKK. Selain itu kondisi tersebut masih
ditambah lagi dengan adanya resiko susut angkut dan salah taksir tingkat
kebersihan mutu sleb, kondisi ini menyebabkan lembaga pemasaran umumnya
melakukan potongan berat dalam membeli bokar petani untuk mengurangi
resiko.
C. Harga Karet Alam Indonesia
Penentuan Harga Bokar
menggunakan pedoman yang bersumber dari harga karet alam dunia yang
telah disesuaikan jika karet (SIR/RSS) akan diekspor dari pelabuhan
setempat ( harga FOB ). Harga tersebut biasanya diumumkan lewat media
radio, Koran, atau juga bisa diakses melalui website www.bappebti.go.id
atau www.sicom.co.sg
Dari harga FOB tersebut selanjutnya dikurangi
biaya pengolahan SIR dan keuntungan pabrik yang biasanya dipengaruhi
oleh kapasitas produksi riil pabrik dan penyusutan, berbagai biaya
variable, khususnya biaya tenaga kerja dan energi proses pengolahan.
Harga Pembelian ditingkat Pabrik (100% KK) berkisar antara 80 % - 92 %
FOB SIR 20. Harga Pembelian Pabrik sangat dipengaruhi oleh penawaran dan
permintaan bokar dalam suatu wilayah .
D. Marjin Pemasaran
Marjin
pemasaran adalah selisih antara harga ditingkat konsumen dengan harga
ditingkat petani dalam arti penjumlahan dari biaya-biaya dan keuntungan
yang diambil oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Semakin panjang
rantai pemasaran dan semakin rendah mutu bokar, akan menyebabkan total
biaya pemasaran dan keuntungan yang diambil oleh berbagai tingkat
lembaga pemasaran semakin besar yang pada akhirnya akan memperkecil
bagian yang akan diterima oleh petani.
B. Alternatif Pengorganisasian Pemasaran Bokar
Pemasaran
bokar melalui kelompok tani diharapkan mampu memupuk dan melatih jiwa
kebersamaan petani yang progresif, meningkatkan posisi tawar menawar
petani, serta menghasilkan volume jual yang efisien yang dapat
menurunkan biaya-biaya pemasaran sekaligus meningkatkan harga jual bokar
dan bagian harga yang diterima petani.
1. Pemasaran Bokar dengan Pola kemitraan
Secara
konseptual Pola kemitraan dinilai sangat ideal karena terjadi
komunikasi antara kelembagaan petani, pabrik pengolah/pengekspor, dan
instansi pemerintah yang berfungsi menetapkan harga pembelian bokar,
pembakuan mutu sesuai standar SNI, dan menentukan aturan main sistem
kemitraan yang diawasi dengan jelas dan praktis. Namun operasionalnya
bagi pihak mitra dinilai memberatkan dan petani sendiri seringsekali
tidak merasa diuntungkan, salah satu penyebabnya adalah karena karet
merupakan komoditas yang pasarnya terbuka, jumlah pembelinya sangat
banyak dan harganya bersaing, akibatnya pola ini tidak populer dan tidak
berkembang .
2. Pemasaran Bokar dengan Lelang
Mekanisme umum pasar lelang bokar adalah sebagai berikut :
o.
Panitia lelang mengkoordinasikan jenis dan mutu bokar tertentu yang
dihasilkan oleh petani / kelompok tani sesuai dengan permintaan pasar.
o.
Panitia lelang mengundang pabrik pengolah atau pedagang besar untuk
mengikuti lelang pada waktu yang ditentukan, disertai estimasi tentang
jenis dan volume bokar yang akan dilelang.
o. Para petani / kelompok tani mengumpulkan sejumlah bokar dengan volume tertentu
o. Diadakan pemeriksaan mutu bokar petani / kelompok tani oleh panitia lelang dan penawar lelang dan penawar lelang.
o.
Panitia lelang menentukan harga indikator yang disesuaikan dengan
perkembangan harga umum ( terutama harga internasional ) dengan
memperhatikan mutu
o. Pembeli mengadakan penawaran secara terbuka dan ditentukan harga penawaran tertinggi
o. Pengukuran volume lelang ( penimbangan )
o. Pembayaran transaksi dilakukan secara tunai.
Sistem
dan kelembagaan pemasaran bokar akan menentukan tingkat harga dan
bagian yang akan dterima petani, yang selanjutnya akan menentukan
pendapatan petani. Didalam mekanisme pembentukan harga bokar yang
diterima petani, selain terdapat faktor-faktor yang dikuasai oleh petani
sendiri( jenis mutu bokar dengan KKK optimum yang sesuai permintaan
pasar dan meminimumkan marjin pemasaran) juga terdapat faktor yang tidak
dapat / tidak langsung dikuasai oleh petani ( misalnya harga karet
internasional ). Upaya pengorganisasian sistem pemasaran bokar untuk
meningkatkan efisiensi dapat dilakukan dengan mengoptimumkan berbagai
faktor yang dapat dikuasai oleh petani, apabila arus pemasaran bokar
kekonsumen lancar dan berkesinambungan .